Skip to main content

Zuck di-hack, ini konspirasi Yahudi!

Mark Zuckerberg © Facebook

Diretasnya akun LinkedIn, Twitter, dan Pinterest pribadi Mark Zuckerberg beberapa waktu lalu menjadi kasus yang menghentak. Pasalnya, publik kembali disadarkan bahwa pengguna internet sekelas CEO Facebook pun tak luput dari nakalnya penjahat cyber.

Ada yang menyebut OurMine Team, hacker yang mengaku bertanggung jawab atas bobolnya tiga akun Zuck itu, adalah yang jago. Akan tetapi, tak sedikit pula yang menyalahkan kecerobohan mahasiswa drop-out Harvard University tersebut dalam memilih password. Argumen yang berakar terhadap kesalahan mendasar Zuck sebagai netizen inilah yang banyak dipercaya oleh para netizen cerdas.

Alasannya begini, pertama, bapak satu orang anak itu memilih kata sandi yang terlalu mudah (untuk diingat sekaligus diretas) — bahkan tanpa satu kombinasi angka, simbol, atau huruf kapital pun, yakni ‘dadada’. Padahal saat dites dengan dimasukkan ke kolom password jejaring sosial buatannya sendiri, ‘dadada’ diidentifikasi sebagai kata sandi berkekuatan lemah.

Kemungkinannya, antara Zuck kurang kreatif dan malas mengingat password atau Zuck sendiri tidak percaya dengan Facebook, yang notabene adalah produk Yahudi. Entahlah, hanya Tuhan umat Yahudi yang mungkin mengetahuinya.

Parahnya, password yang seringkih gedek bambu di tengah terjangan tsunami itu dipakai untuk semua jejaring sosial suami Priscilla Chan yang disebut sudah bobol di atas.

Saya ini sebenarnya penulis plus pengguna internet yang bodoh (karena kesusahan membuat tulisan yang keren, viral, dan kontroversial plus memakai password yang sama untuk semua akun media sosial saya, tetapi lebih sulit dan panjang dari milik Zuck yth). Namun, selayaknya netizen yang punya hak untuk nyinyir, saya punya teori sendiri soal kasus pembobolan akun medsos Mark Zuckerberg ini.

Ya, saya percaya pembikin Facebook yang sudah belajar coding sejak SMP itu telah sadar bahwa ‘dadada’ adalah password yang lemah. Hemat saya, Zuck sedang playing victim di peristiwa ini.

Di sinilah konspirasi Yahudinya dimulai. Zuck saya endus sengaja memakai password bodoh itu agar bisa dan mudah di-hack. Lalu, kasusnya melejit dan nama-nama jejaring sosial yang bersangkutan terpandang oleh awam sebagai platform yang tidak aman.

Ini sebenarnya cuma permainan kotor yang dilakukan Facebook untuk mengakuisisi pengguna Twitter, LinkedIn, dan Pinterest. Saat ini, Twitter punya 310 juta active user per bulannya, sementara LinkedIn 433 jutaan dan Pinterest di atas 100 juta.

Bayangkan kalau hobi lebih dari 800 juta orang itu boyongan ke Facebook. Tentunya user jejaring sosial itu bakal semakin berkuasa, karena saat ini saja mereka sudah punya pemeluk sebanyak 1,65 miliar orang. Apa tidak makin seru saja tuh Facebook kalau platformnya diisi orang-orang yang doyan adu argumen karena membela sesama teman, para pencari kerja, dan netizen nganggur yang doyan mantengin gambar-gambar barang yang tidak mungkin mereka beli?

Apalagi kalau Anda mau menarik sejarah ke belakang, peluang adanya konspirasi bisa makin kuat. Dulu ada lho merek minuman bersoda yang populer di kalangan anak-anak Indonesia: Kola-kola. Namun karena Coca-Cola sudah banyak disebut di selebaran-selebaran dan situs jihadis sebagai perusahaan penyumbang Zionis, maka saya rasa tak ada salahnya menuduh Coca-Cola si antek Zionis yang membunuh brand Kola-kola yang malang dan belum sempat go internasional itu.

Oke, fixed, ini konspirasi Yahudi! Setuju kan? Kalau tidak setuju, saya akan usul ke ICMI supaya mau jadi backing aksi penutupan Blogger. Sebab, Blogger telah memfasilitasi penyebaran konspirasi tidak mendasar bikinan netizen antah berantah.

Comments