Mark Zuckerberg © Facebook |
Walaupun
bukan pengguna aktif Facebook — atau detailnya, sempat menghapus akun
lama saya sendiri dan membuat akun baru cuma demi bisa login ke sejumlah
apps dan situs medioker secara cepat, saya begitu mengagumi Mark
Zuckerberg. Selain menjadi inspirasi orang kebanyakan, karena walau
tidak tuntas mengenyam pendidikan tinggi tetapi bisa menjadi orang
terkenal di dunia dan kaya raya, saya suka caranya berkembang dan
berinovasi. Facebook yang dulu hanya situs pemersatu mahasiswa Harvard
yang diadopsi dari ide orang lain kini sudah merambah teknologi yang
lebih kompleks, seperti virtual reality hingga artificial intelligence.
Lucunya,
saya tidak berniat hidup bersama Zuck di dunia nyata. Bukan satu atap
atau bahkan satu kasur lho ya, tetapi hidup sebagai teman. Bukan, sekali
lagi saya bukan anti-Yahudi. Saya cuma merasa tidak cocok berinteraksi
dengan pria berambut kriwil yang tampak kaku itu.
Saya
tegaskan lagi, saya tidak berniat menjalin silaturahmi di dunia nyata
dengan Zuckerberg, kendati kami punya satu kesamaan menarik.
Ya, kami sama-sama suka cewek oriental.
Tentunya,
ada alasan tersendiri dong mengapa Zuck memilih menikahi Priscilla Chan
dan saya lebih memfavoritkan Sex is Zero walaupun cuma dua sekuel
dibanding American Pie yang legendaris itu.
Selain itu, saya juga tipe
orang yang rela menyelam ke situs-situs penyedia link download film semi
Korea dan Jepang walau tanpa subtitle, bukannya memakai VPN untuk
mengunduh fim panas Amerika yang dialognya hampir semua bisa saya cari
artinya di Google Translate. Bagi saya, wanita Asia Timur lebih lucu,
imut, dan — mungkin kalian akan sangat sepaham dengan saya di poin
ini — lebih ‘ramah’ di ranjang.
Jarang
kan kalian lihat aktris adegan dewasa Asia punya tato di seluruh tubuh,
bertindik, dan memegang kendali saat bercinta? Sebentar, saya terlihat
selemah itu ya menghadapi ego sendiri? Sudah beraninya nonton film
gituan, eh kategori film favoritnya pun yang ceweknya polos-polos. Ya
begitulah.
Jadi,
apa alasan saya malas berteman dengan seorang ayah yang malas bangun
pagi tetapi sekarang terpaksa bangun pagi karena anaknya Max kerap
berisik itu?
Yang
utama, selera humor Zuck saya nilai tidak sesuai dengan saya.
Kesimpulan ini saya dapat dan bisa kalian tuai sendiri dari menonton
Facebook Q&A bulan Juni 2016 yang ditayangkan via Facebook Live.
Puas ngomong ngalur-ngidul
menanggapi netizen yang penasaran dengan kehidupan Zuck dan masa depan
perusahaan media sosial yang saya yakin juga berniat mempersuasi alien
untuk menggunakan platformnya itu, Jerry Seinfeld si komika kaya raya
masuk ke frame lalu duduk di sebelah Zuck. Mereka mengobrol selama 16
menitan dan dibuka soal review apik Jerry terhadap perangkat anyar
Oculus yang belum diperuntukkan untuk konsumen luas.
Seperti
kebiasaannya di Comedians in Cars Getting Coffee dan karena sudah
dipersilakan oleh yang punya live streaming, Jerry pun melempar sejumlah
pertanyaan dan premis menggelitik ke Zuck. Satu yang saya paling ingat
adalah ketika Jerry mempertanyakan target Zuck untuk membuat AI yang
bisa mengontrol rumahnya sendiri tahun ini. Sejauh ini, Zuck mengklaim
bisa melakukan beberapa aktivitas futuristik dengan AI tersebut, seperti
mematikan lampu dengan memberi perintah suara ke smartphone-nya.
“Lucu
enggak sih, mengapa kamu mau bersusah-payah agar hidupmu di rumah
menjadi jauh lebih mudah?” begitu tanya Jerry yang malah ditanggapi
serius dan diganjar jawaban full-of-himself oleh Zuck. Secara umum, ia
menimpali dengan, “Saya cuma menikmati proses coding.”
Lupakan
obrolan mereka setelahnya, karena mereka ternyata tidak punya kesamaan
dalam prinsip hidup maupun bagaimana mereka memperlakukan teknologi.
Terima
kasih, Zuck. Saya sekarang juga jadi tahu dua Yahudi yang cerdas
di bidangnya masing-masing pun belum tentu punya selera humor yang sama.
Karena
menonton video itu, saya pun jadi minder berteman dengan Zuck karena
saya kalau ngomong sering sesukanya sendiri dan cenderung menyakiti.
Kalau saya menyindir Priscilla Chan di tongkrongan, Zuck pasti akan
tidak enak hati pada saya.
Bayangkan
semisal saya ada di geng Zuck ketika ia mengumbar rencananya menikahi
Priscilla. Kemudian saya menjawab, “Wow, Zuck, kamu mau menikah dengan
Priscilla? Kamu Yahudi, dia orang Asia, you wanna make a superclan or
something?”
Saya
belum bisa membayangkan jawaban jahat apa yang mungkin dilontarkan
Zuck. Akan tetapi, kemungkinan besar ia akan bergeming pasca mendengar
respons saya itu. Dan barangkali Anda sudah tahu rasanya, tidak ada yang
lebih sakit dibanding di-krik-krik-in oleh teman tongkrongan sendiri.
Comments
Post a Comment