Skip to main content

Yth. MUI, Tolong Haramkan Juga PES dan FIFA

PES 2019 © Konami

Sebagai garda terdepan penjaga umat dari kemudharatan dan godaan duniawi, Majelis Ulama Indonesia (MUI) mengambil langkah yang memang diperlukan. Sembari terus menggodok wacana mengharamkan PUBG secara nasional yang mulanya dicetuskan oleh MUI Jawa Barat, kini MUI pusat juga berwacana menerbitkan fatwa untuk game-game berdampak negatif lain bagi umat. Kalau rencana ini terlaksana dengan lancar, maka tak lama lagi kita bakal mendapati daftar game-game mana saja yang tidak boleh dan boleh dimainkan karena membuat kita secerdas Maudy Ayunda sekaligus sealim para buzzer surga di medsos.

Dalam rangka mengawal program ini agar sesuai kemaslahatan umat, saya selaku gamer paruh waktu dan perindu mbaknya purnawaktu tak ingin ketinggalan memberikan sumbangsih. Siapa tahu sokongan intelektual saya ini kelak bisa meringankan dosa-dosa saya karena sering meninggalkan salat saat asyik bermain game, kan? Siapa tahu. Buat umat lho ini.

Ulama-ulama MUI yang saya hormati dan agungkan, selain PUBG – game yang diyakini segelintir orang sebagai jelmaan dajal karena mempengaruhi pelaku teror di New Zealand bertindak sekeji dajal, saya harap panjenengan semua berkenan mengharamkan pula game sepak bola idaman gamer rental PlayStation, seperti Pro Evolution Soccer (PES) dan FIFA. Kedua game yang khitahnya lebih syahdu dimainkan tidak secara munfarid ini jauh lebih dajal, Yang Mulia!

Mudharat pertama adalah betapa mudahnya pemain PES dan FIFA seperti saya “digendam” untuk misuh-misuh. Padahal enggak dipukul, dihardik, atau ditinggal nikah, lho, pak. Cuma karena kami harus melihat dengan mata telanjang peluang emas di depan gawang yang dalam sepersekian detik menjadi ampas gara-gara kebanyakan mencet tombol kotak, misalnya. Atau timing yang kurang pas saat menjegal C. Ronaldo dan L. Messi, sehingga berbuah tendangan bebas di dekat gawang atau (amit-amit) penalti lalu berbuah kartu merah. Ya Allah Gusti Randa ~

Orang-orang begini kalau masih di tahap awal, paling hanya misuh biasa, pak, tanpa embel-embel. Namun ketika tingginya harapan makin bertolak jauh dengan kenyataan (di layar televisi), maka pisuhan standar itu makin menjadi: diikuti kalimat thayyibah. Favorit saya sendiri adalah “********** **********!!!”.

Laknatullah sekali dajal digital ini! Sungguh!

Kemudian, kalau panjenengan sekalian mungkin ada sedikit waktu yang bisa disia-siakan untuk kebaikan umat, bolehlah menengok rental PS terdekat yang banyak pemain PES dan FIFA-nya. Sekadar bocoran saja ini untuk ulama-ulama MUI yang terhormat, nilai-nilai Islam kerap dilecehkan gara-gara dajal digital ini.

Bagaimana tidak, ada satu budaya yang telah lama hidup di kalangan anak PES dan FIFA rental PS, apa pun agamanya, kalau ketika mereka mendapatkan peluang gol mudah di depan mata, maka mereka dengan penuh percaya diri menge-shoot seraya mengucap, “ASSALAMMUALAIKUUMMM!”

Ini salam sakral, lho. Identitas Muslim. Masa di-abuse sedemikian rupa? Sang pengucap doa itu juga menjerumuskan lawan mainnya ke neraka. Sebab, boro-boro menunaikan kewajiban seorang Muslim, yakni menjawab salam tersebut, pihak yang kebobolan acapkali tak senang melihat pencetak skor berbahagia alias ingin segera men-skip selebrasi gol tadi.

Muslim macam apa yang menyimpan kebencian ketika saudaranya bersuka cita? Dajal digital ini merusak ukhuwah sekali, bukan?

Makin ngeri karena saat main PES dan FIFA di rental PS, saya dan orang-orang lain susah lepas dari injeksi kultur antiintrospeksi. Ada saja hal-hal yang dikutuk gamer ketika kalah dalam pertandingan, dari stik rusak sampai pemain-pemain liga top dunia yang jauh dari kata alim karena sekarang banyak yang bertato.

Kembali lagi, yang namanya dajal digital, kadang orang-orang seperti saya sampai dibuai untuk mengkambinghitamkan takdir ilahi. Hasil observasi dan pengalaman saya, erangan-erangan paling umum di momen seperti ini di antaranya “Ya Allah kok bisa siiihh???” dan “Cobaan ya cobaan tapi gak gini juga dong, Tuhan!!!”

Luar biasa jahanam memang PES dan FIFA ini. Kok berani-beraninya sampai membuat saya dan gamer lain menyalahkan Allah?

Saya rasa, tiga bukti di atas sudah lebih dari cukup bagi MUI yang terhormat untuk tanpa pikir panjang merilis fatwa haram terhadap PES dan FIFA. Jangan dengarkan orang-orang yang bilang MUI kurang kerjaan karena sudah mencampuri urusan orang-orang dalam bermain game! Layaknya TNI yang mengemban tanggung jawab untuk melindungi masyarakat dari ideologi-ideologi berbahaya yang termanifesto dalam buku-buku kekirian, MUI pun perlu mengawal kita semua, utamanya umat Muslim, supaya dapat fokus melewati siratal mustakim dan menjauhi dajal yang bermetamorfosis menjadi game.

Oh iya, atlet eSports yang mengharumkan nama bangsa juga tidak perlu dipikir berlebihan, pak, bu. Toh yang berkecimpung di dalamnya secara profesional sejauh saya lihat banyak yang nonmuslim dan nonpribumi. Yang Muslim dan pribumi rata-rata sekarang masih staf ahli penjaga rental PS saja, tuh ~

Comments

Post a Comment